Pages

Friday, March 9, 2012

JANNAH DAN DELISA

Bismillah Walhamdulillah..

Matahari sudah memunculkan dirinya,
malu2 di sebalik awan.
Rindunya dengan sinaran itu!
Allahu Akbar..
Ahlan ya Robiek..
Welcome spring!

Anak2 ummi minat sungguh dengan cerita
Hafalan Solat Delisa.
Banyak pengajaran yang boleh diambil.

"Kesian kat Delisa,ummi dia mati.Kita ada ummi lagi".
"Delisa tak ada kaki,kita ada kaki..kita kena bersyukur!"
"Delisa pandai hafaz bacaan solat,Jannah nak hafaz bagi lancar!"
"Umam nakal!!!!Faqeh  jangan jadi nakal macam Umam yer!"
"Delisa sayang ummi dan abi dia kerana Allah-
dia tidak harapkan sesuatu balasan atas apa yang dia buat"





Lembut kukenang, kasihmu ibu
di dalam hati ku kini menanggung rindu
kau tabur kasih seumur masa
bergetar syahdu, ooh di dalam nadiku

9 bulan ku dalam rahimmu
bersusah payah, oh ibu jaga diriku
sakit dan lelah tak kau hiraukan
demi diriku, oh ibu buah hatimu

tiada ku mampu, membalas jasamu
hanyalah do’a oh di setiap waktu
oh ibu tak henti kuharapkan do’amu
mengalir di setiap nafasku

ibuuuuuuuuuuuuuu………..

Lembut kukenang, kasihmu ibu
di dalam hati ku kini menanggung rindu
engkau tabur kasih seumur masa
bergetar syahdu oh di dalam nadiku

indah bercanda denganmu ibu
di dalam hati ku kini slalu merindu

sakit dan lelah tak kau hiraukan
demi diriku, oh ibu buah hatimu

tiada ku mampu, membalas jasamu
hanyalah doa oh di setiap waktu
oh ibu tak henti kuharapkan doamu
mengalir di setiap nafasku

ibuuuuuuuuuu……

“Allahummaghfirlii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”

Sinopsis

Delisa (Chantiq Schagerl) gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh, mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), Delisa kerap bermanja pada ibu dan kakak-kakaknya selagi ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi).

Delisa menghabiskan hari-harinya di Lhok Nga dengan bersekolah, bermain bola, dan belajar mengaji di Meunasah, seperti kebanyakan anak-anak muslim lain di usianya, Delisa sedang berkutat menghafal bacaan shalat untuk ujian praktek shalat, yang lazim dilakukan di sana. Semua kakak-kakak Delisa sudah melewati ujian tersebut, dan setiap kali seorang anak lulus ujian praktek sholat, Ummi akan memberikan hadiah berupa seuntai kalung yang dibeli dari Koh Acan (Joe P Project) yang menetapkan setengah harga apabila untuk hadiah hafalan shalat. Hanya kalung dengan bandul huruf D itu saja yang ada di dalam pikiran Delisa dan kalung itu yang membuat Delisa giat belajar menghafalkan bacaan sholatnya. Kalung berinisial D untuk Delisa ini membuat Aisyah yang kerap menggoda Delisa iri.

26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Namun Delisa masih terlalu kecil untuk takut kepada gempa. Apalagi dia tak henti-hentinya membayangkan kalung yang akan menjadi miliknya setelah dia melakukan ujian praktek sholatnya. Delisa ditemani Ummi bersama teman-teman lainnya menunggu ujian praktek shalat dengan berdebar-debar. Tapi Delisa tak bisa menyelesaikan ujian praktek shalatnya, karena tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara.

Tsunami meluluh lantakkan Aceh, dunia terpaku dengan bencana ini. Bantuan segera mengalir ke Aceh, termasuk kapal induk Amerika yang membawa Prajurit Smith (Mike Lewis) dan relawan mancanegara diantaranya Suster Sophie (Loide Christina Teixeira) berdatangan ke Aceh untuk membantu evakuasi korban dan perawatan. Abi Usman yang segera pulang begitu mendengar kabar soal tsunami, mendapatkan kabar Fatimah telah tiada, juga Aisyah dan Zahra yang ditemukan berpelukan. Ummi dan Delisa tak tentu rimbanya.

Delisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana.

Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan. Tak lagi mengharapkan kalung bila dia berhasil lulus ujian hafalan dan praktek shalatnya, semata agar bisa mendoakan keluarganya serta sekian banyak orang yang telah pergi. Mungkin terlalu berat untuk anak seusianya, namun Delisa tak pernah berhenti mencoba, sambil di sudut hatinya terus berdoa agar bisa bertemu lagi dengan Ummi, ikhlas untuk menjadi anak yang baik dan dibanggakan, dan untuk melepaskan rindu yang tertunda.

'Delisa cinta Ummi karena Allah'.


No comments: